Dengan yang namanya waktu, manusia tak bisa berbuat banyak. Betapa kita
ingin membuatnya terasa lebih lambat atau lebih cepat, ia tetap berjalan
sebagai mana mestinya. Yang bisa kita lakukan hanyalah menikmati setiap
detiknya.
Saat sesuatu yang sudah lama dinikmati sudah hampir habis, wajar kalau kita merasa gelisah. Tidak rela kehilangannya.
Perasaan gelisah itu pula yang mungkin sedang meliputi sebagian besar --kalau tidak bisa dibilang semua-- Romanisti.
Mereka sadar kalau ia, sang pangeran yang sudah dua dekade lebih
mengabdi pada satu nama, sudah mendekati senjanya. Ia, Francesco Totti,
sudah termakan waktu.
Hari ini, 27 September 2015, Totti genap
berusia 39 tahun. Satu angka lagi menuju kepala empat. Usia yang uzur
untuk seorang pemain sepakbola.
Berbanding terbalik dengan angka
di usianya yang menanjak, jumlah penampilan Totti di atas lapangan
menurun. Sangat wajar memang. Apalagi melihat nama-nama yang kini
mengisi barisan depan AS Roma. Ada Mohamed Salah serta Edin Dzeko yang
kini menjadi andalan.
Saat Serie A 2015/2016 bergulir, sudah ada
indikasi dari Rudi Garcia kalau kaptennya itu akan mulai diatur jumlah
penampilannya. Baru di pekan ketiga Garcia menurunkan Totti.
Sampai
liga berjalan enam pekan, Totti baru tampil tiga kali. Penampilan
terakhirnya di laga melawan Carpi tadi malam (26/9/2015), satu hari
sebelum ulang tahunnya, Totti cuma tampil sekitar sembilan menit. Masuk
menggantikan Dzeko di babak kedua, Totti kemudian ditarik keluar lagi
karena mengalami cedera tak lama setelah terlibat dalam gol Salah. Di
Liga Champions matchday 1 lalu, Totti juga hanya menyaksikan rekan-rekannya melawan Barcelona dari bangku cadangan.
Dari
peran Totti yang mulai tereduksi itu, fans Roma seperti dibiasakan
untuk melihat Roma tanpa Totti. Mungkin seperti itulah rasanya saat
Totti sudah gantung sepatu.
Romanisti pun mulai gelisah:
mungkin memang saat itu sudah dekat. Apalagi di akhir musim ini kontrak
Totti akan habis. Mungkin inilah kali terakhir sang pangeran mengenakan
jubahnya.
Pertanda tersebut salah satunya dirasakan oleh Marcelo
Lippi. Mantan pelatih timnas Italia yang bersama Totti meraih gelar
juara Piala Dunia 2006 itu merasakan ada kesedihan dari kapten Roma itu.
Lippi menyaksikannya saat Totti mencetak golnya yang ke-300 untuk Roma
ke gawang Sassuolo pekan lalu. Lippi merasakan ada 'kesedihan' di balik
perayaan yang sederhana itu. Usai mencetak gol, Totti hanya
membentangkan kedua tangannya lalu memberi salam ke tribun penonton di
mana dua anaknya --Cristian dan Chanel-- merayakan gol ayahnya.
"Saya
ada di Olimpico menonton Roma melawan Sassuolo dan melihat Totti
mencetak golnya yang ke-300. Ada perayaan di mana anak-anaknya, yang
juga datang menonton, diliputi kebahagiaan. Tapi saya merasakan
kesedihan dalam dirinya. Ada sedikit (kesedihan) mengelilingi Francesco
saat ini," ujar Lippi.
"Saya tidak tahu apakah ini karena dia
tidak banyak dimainkan belakangan ini, atau mungkin dia mulai mengerti
bahwa dia menuju akhir dari karier fantastisnya."
Totti menuju akhir kariernya memang tak bisa dibantah. Tapi melepas Totti bagi Romanisti bukan
perkara mudah. Ia bukan sekadar pemain atau kapten. Totti adalah
simbol. Simbol kesetiaan dan cinta pada klub. Dua puluh tiga tahun setia
pada satu seragam. Roma tanpa Totti tentu belum terbayang.
Membayangkan
rasa kehilangan itu saja pasti sulit untuk fans Roma. Maka tak heran
kalau mereka rasanya ingin memutar kembali waktu atau melambatkannya
demi melihat Totti lebih lama bersama serigala-serigala Roma.
Tapi
itu jelas tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah menikmatinya.
Perkara apakah ia akan gantung sepatu di akhir musim, itu nanti saja
dipikirkannya. Mari nikmati setiap momennya di atas lapangan. Nikmati
setiap aksinya. Nikmati setiap golnya. Nikmati setiap perayaannya.
Apapun itu. Nikmati selagi ia masih beraksi.
Selamat ulang tahun, Francesco Totti.
*Novitasari Dewi Salusi - detikSport
Sunday, September 27, 2015
39 Tahun Totti, Mari Nikmati Saja 'Sang Pangeran'
Sunday, September 27, 2015