Thursday, December 31, 2015

Capello: Melatih Roma itu Sangat Sulit

Roma - Fabio Capello disebut-sebut menjadi salah satu kandidat pengganti Rudi Garcia di AS Roma, yang sedang dalam tekanan. Namun secara pribadi, Capello mengakui melatih I Lupi adalah tugas yang sangat berat.

Garcia belakangan mendapatkan sorotan tajam karena hasil-hasil mengecewakan yang dipetik Roma. Sebelum menang 2-0 atas Genoa akhir pekan kemarin, mereka sempat melaju tanpa kemenangan di tujuh laga berbagai ajang.

Di dalam rangkaian hasil itu, ada dua kekalahan yang membuat posisi Garcia amat dikritik. Yang pertama adalah saat dilumat Barcelona 1-6, lalu kala disingkirkan tim Serie B, Spezia, di Coppa Italia lewat adu penalti.

Posisi Giallorossi di papan klasemen pun tidak menolong Garcia. Dijagokan jadi juara musim ini, Roma saat ini masih tertahan di posisi lima klasemen dengan nilai 32 dari 17 pekan. Mereka tertinggal empat poin dari Inter Milan di posisi teratas.

Situasi ini lantas diikuti rumor pergantian pelatih, Capello menjadi salah satu kandidat pengganti bersama Luciano Spalletti, Marcelo Lippi, dan Walter Mazzarri. Ada juga nama Antonio Conte yang diisukan, meski diyakini baru bisa terwujud di musim panas setelah gelaran Piala Eropa.

Sebagai salah satu kandidat, Capello sebelumnya sudah membuka kesempatan untuk kembali menukangi Roma setelah periode pertamanya di 1999-2004 silam. Tapi di lain sisi dia mengakui bekerja di kota Roma amatlah sulit.

Gairah yang meluap-luap di kota Roma disebutnya membuat situasi bisa berubah amat cepat, dari menyenangkan menjadi penuh tekanan. Menjadi lebih rumit karena kultur juara di kota Roma belum terbangun dengan baik.

"Sangat sulit bekerja di Roma, kita tidak mengetahui itu baru saja. Tidak ada keseimbangan, di Roma mereka merayakan dan kemudian mengalami depresi dengan kecepatan yang luar biasa dan pekerjaan pelatih menjadi sulit," ujar Capello kepada Gazzetta dello Sport.

"Kota Roma punya efek ini kepada siapapun, termasuk politisi, yang mungkin datang dengan program-program tertentu lalu pergi dengan terkena sihir. Roma menelan Anda, tapi pesonanya tidak selalu merupakan hal bagus."

"Lalu ada tekanan yang gila dengan sepakbolanya, saya tahu dari pengalaman sendiri. Madrid punya tekanan yang sama, tapi juga punya mentalitas pemenang yang tidak semua orang di Roma miliki. Roma itu kota yang sangat rumit," imbuh eks pelatih AC Milan, Juventus, dan Real Madrid ini dikutip Football Italia.



*Rifqi Ardita Widianto - detikSport